Cerca nel blog

sabato 13 febbraio 2016

Jalan Salib



JALAN SALIB



OLEH
BEATA MARIA PIA MASTENA
PENDIRI KONGREGASI SUSTER-SUSTER WAJAH KUDUS
Pada TAHUN 1924

Yesus mengajar kepada pengantinNya bagaimana mengadakan jalan salib.

 
Perhentian I    : Pengantin-Ku, pandanglah Aku yang sementara berada dalam kebingungan: pandanglah Aku sebab Aku juga memandang engkau dan dengan suara terdalam, tetapi yang menususk, Aku akan membuka rahasia-rahasia cintaKu.

Perhentian II   :      Engkau meninggalkan aku sendirian?.. ataukah engkau akan menderita sebab sesamamu lebih dekat dengan Aku? Mari, pengantin-Ku datanglah, ambillah salibmu dan ikutilah Aku.

Perhentian III  :      Tanganmu yang lembut haruslah, oh pengantin kekasihKu, yang dengan cara tak terlihat, menghalangi luka-luka pengantinmu karena terjatuh... Lenganmu.. Ku pinjian lenganmu. Aku hanya mencari penompang dari pengantin-Ku yang perawan dan penyilihan..., oh pengantin-Ku, pinyilihan...!

Perhentian IV  :      Inilah ibu-Ku... Aku      mempercayakan-Nya kepadamu! Hiburlah Dia: engkau dengan menkontemplasikan-Nya belajarlah apa yang dia mengajar dan bersama dia teruskanlah jalan ke Kalvari!

Perhentian V   :      Bukan dari orang Kirene Aku mencari bantuan! Ah, Aku mencari bantuan dari pengantin-Ku, dari kekasih-Ku: dialah yang harus meringankan beban penganting-Nya yang berjalan menuju kematian karna cinta-Nya.
Perhentian VI  :      Berilah Aku hatimu, oh pengantin-Ku!  Di situlah Aku ingin melihat terukir gambar Wajah-Ku yang buruk dan menderita; terukir dalam dirimu. Hati itulah yang akan menerima kehindahan baru, kemegahan baru dan hatimu akan meluas, berkobar dan berusaha melihat dan mengkontemplasikan Wajah-Ku, wajah pengantinmu yang ilahi.

Perhentian VII :      Periksalah jiwaku: lihatlah kekurangan-mu... jadilah merpatiKu dan jangan membiarkan Aku jatuh ke tanah karena kelemahan kebajikan-kebajikanmu, tetapi kuatkanlah dirimu dalam pengorbanan, dalam cobaan, dalam godaan, bertahan selalu,  sampai tetes darah terakhir, dan engkau akan menghibur pengantinmu yang terjatuh ke tanah.

Perhentian VIII       :    ... dan sekarang engkau haruslah mohon  Aku yang hidup dalam tabernakel;  engkau harus meneruskan karya-Ku sesuai dengan pelajaran yang engkau terima pada saat ini: yaitu lupakanlah dirimu dan berbakti untuk menghibur umat manusia yang menderita.

Perhentian IX  :      Aku membiarkan jatuhnya ketiga dan yang paling memilukan dan aku berdiri tegak serta  melanjutkan perjalanan untuk mengajar sampai titik yang mana anda harus tiba sebelum engkau berhenti.

Perhentian X   :      Inilah kemiskinan! Di sinilah pengupasan total kehendakmu, kesukaan/nafsud, keiningan... demikian engkau harus menghadap pengantinmu, sebagaimana Dia menghadirkan diri kepadamu.

Perhentian XI  :      Di sinilah tempat di mana Aku menunggu engkau untuk perjamuan pernikahan di dunia ini. Baringkanlah dirimu bersama Aku di atas salib ini, kurbankanlah dirimu bersama Aku kepada cinta Bapa yang ilahi... Siapkanlah hatimu untuk disalibkan. Di sinilah...di sinilah Aku menunggu engkau. Aku ingin anda merenungkan... memahami artinya “ keadaan tertinggal”.   Dan engkau tahu kepada siapa harus menyerahkan diri dan caranya... Engkau tahu kepada siapa harus membakitkan diri dan dengan sejauh mana kemurahan hati. Kontemplasikanlah pengantinmu yang tersalib karena cinta padamu dan renungkanlah sampai ke mana perlu untuk membalasnya..

Perhentian XII :      Inilah, aku  disalibkan ! Lihatlah Aku, oh, pengantinKu, sebab Aku pun memandang engkau di antara selumbung kemerahan darahKu. Kepadamu juga aku ingin berkata : Pengantin tercinta  hatiKu ditembusi oleh tembak yang kejam, teruskanlah karya-Ku di dunia ini! Teruskanlah hidup-Ku dan berusaha agar tidak setitik pun tinggal kosong! Kontemplasikanlah pengantinmu di dalam sakrat maut, dan yang wafat untukmu! Engkaulah yang harus menghidupkanNya kembali dalam dirimu...  kita akan bertemu kembali! Sekarang teruslah berjalan sampai ke pemakamanKu!

Perhentian XIII       :    Maria!.. Yesus!.. Bukan saja di dalam pelukan yang murni dan di pangkuan yang sangat suci, ya BundaKu, Aku ingin dibaringkan, tetapi dalam pelukan dan di pangkuan pengantin-Ku yang terkasih  juga. Terimalah Aku, pelukkanlah Aku erat pada hatimu  bagaikan seikatan kemenyan  dan dalam dirimu Aku menyerahkan diri-Ku seutuhnya.

 Perhentian XIV       :    Pengantin-Ku! Pengantin-Ku!.. Jangan meratap, jagang menangis... Aku tidak turun ke liang kubur: aku tidak menyembunyikan diri kepada pandangan cintamu! Inilah Aku... Aku datang kepadamu untuk hidup tersembunyi dalam dirimu...  Dalam dirimu juga Kupilih tinggal dan Aku tunggu darimu perhatian, kelembutan hatimu yang penuh cinta. Saya mau agar kesatuan/hubungan di antara kita berdua  penuh dan benar. Kepada pengawasanmu yang lembut pasti semua halangan hilang. Kepada cintamu sebagai pengantin, usaha/pahala yang suci untuk menyatukan jasa-Ku yang tak terbatas agar keinginan bersama terealisir. Aku memberkati engkau dengan curahan hati-Ku dan dengan Aku, BapaKu dan Roh Kudus memberkatimu. Amin.

Nessun commento:

Posta un commento