Cerca nel blog

giovedì 25 febbraio 2016

Menjadi Rasul



Menjadi Rasul Wajah Yesus
yang Membawa Sukacita dan Berbelaskasih

Rekoleksi Para suster CSV



1.      Wajah: Bagian depan kepala manusia mulai dari dahi sampai dagu dan meliputi mulut, hidung, pipi dan mata. Wajah juga bisa berarti identifikasi roman muka atau raut wajah (Merriam-Webster’s Collegaiate Dictionary). Orang yang sering muncul dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) biasanya hanya ditampilkan wajahnya saja untuk identifikasi. Wajah dalam artian ini muncul juga dalam PB yang dikenal dengan nama opsis: “Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan muka-nya (opsis) tertutup dengan kain peluh” (Yoh.11:44); “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak (opsis), tetapi hakimilah dengan adil" (Yoh.7:24). (μὴ κρίνετε κατʼ ὄψιν,“do not judge by appearance”).
2.      “Wajah” dalam PL dikenal dengan banyak nama:

3. Demikian halnya dalam PB, ada banyak istilah yang dipakai untuk “wajah”:

4.      Meskipun banyak istilah yang bisa dipakai untuk “wajah” dalam PL, tapi lazimnya dikenal dengan nama pānı̂m.Kata pānı̂m dipakai sebanyak 2100x. Kata ini bisa dipakai untuk wajah manusia, Allah, binatang atau objek lainnya seperti bumi dan air. Walau sering digunakan untuk “wajah” kata pānı̂m juga dipakai dalam kaitan dengan ekspresi emosional.
5.      Dalam arti yang lebih luas, PL menggunakan kata pānı̂m untuk presence (kehadiran). Ada makna kultus seperti membawa persembahan di hadapan Allah. Di sini pānı̂m sama artinya dengan person (pribadi). Ketika kita berdoa “palingkanlah wajah-Mu ya Allah...” berarti kita masuk ke dalam kehadiran Allah. Bagi orang Yahudi, Allah tidak bisa dijangkau secara fisik. Mereka tidak meyerupakan Allah dengan benda apapun dalam sinagoga atau bait Allah. Karena itu manusia tidak bisa melihat Allah: ”Lagi firman-Nya: Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup” (Kel.33:20). Manusia tidak bisa melihat wajah Allah karena “kabut dan awan” menyelimuti wajah-Nya (kāb̃od: glory-kemuliaan). ”Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia” (Mk.9:7). Hanya Musa yang melihat wajah Allah. Dalam Kitab Ul.34:10-12 kita membaca, “Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel”. Musa berjumpa dengan Tuhan “dari muka ke muka”. Sebuah hubungan secara langsung dengan Allah tanpa melalui perantara seperti yang biasa dialami oleh para nabi lainnya entah melalui mimpi atau penglihatan.
6.      Selain kata pānîm ada juga istilah lain yang mengandung makna yang sama: Šēm‘Nama’ (dalam teologi deuteronomistik); Kābôd‘Glory’ (dalam tradisi imamat) dan Shekinah (dalam tulisan-tulisan Yahudi). Kata-kata ini menampilkan Allah sebagai Allah yang transenden dan imanen (yang jauh sekaligus dekat).
7.      Beberapa teks untuk refleksi pribadi:
F  “Mencari wajah”:Mzm.24:6; 27:8; 105:4; Ams.7:15; Hos.5:15; bdk. Ams. 29:26.
F  Jika Allah “memalingkan wajah-Nya”: Ul.32:20; Ayb.34:29; Mzm. 13:1; 30:7; 143:7; Yes.54:8; Yer.33:5; Yeh.39:23; Mi.3:4). Alasan Allah memalingkan wajah karena ketidaktaatan manusia, bukan karena amarah Tuhan: Yes.59:2.
F  Juga mempunyai makna doa: Mzm.51:11; 140:13; Kel.3:6; Yes.6:2;
F  Ada makna penyesalan: 2 Sam.19:4 = Yeh.12:6.12.

Yesus: Wajah Belaskasih Allah

8.      Yesus Kristus adalah wajah belaskasih Allah. Belaskasih atau kerahiman telah menjadi hidup dan kasat mata dalam diri Yesus dari Nazaret. Bapa, “kaya dengan kerahiman” (Ef.2: 4), setelah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel.34:6), tidak pernah berhenti menunjukkan dalam berbagai cara sepanjang sejarah, kodrat ilahi-Nya. Dalam “kegenapan waktu” (Gal.4:4), ketika segalanya telah diatur sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia mengutus Putra-Nya ke dalam dunia, yang lahir dari Perawan Maria, untuk menyatakan kasih-Nya bagi kita dalam sebuah cara yang definitif. Barangsiapa melihat Yesus, melihat Bapa (Yoh.14: 9). Yesus dari Nazaret, dengan kata-kata-Nya, perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya menyatakan kerahiman Allah (MV.1)
9.      Kita perlu terus-menerus merenungkan misteri kerahiman. Ia adalah sebuah sumber sukacita, ketenangan dan kedamaian. Keselamatan kita tergantung padanya. Kerahiman: kata tersebut mengungkapkan sungguh-sungguh misteri Tritunggal Mahakudus. Kerahiman: tindakan utama dan tertinggi yang olehnya Allah datang untuk menemui kita. Kerahiman: hukum dasar yang berdiam di dalam hati setiap orang yang memandang dengan tulus ke dalam mata saudara dan saudarinya di jalan kehidupan. Kerahiman: jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia, membuka hati kita kepada sebuah harapan, dikasihi selamanya meskipun kedosaan kita (MV.2). Ketika dihadapkan dengan gentingnya dosa, Allah menanggapi dengan kepenuhan kerahiman. Kerahiman akan selalu lebih besar dari dosa apapun, dan tidak ada seorang pun yang dapat menempatkan batasan-batasan kasih Allah yang selalu siap untuk mengampuni (MV.3).
10.  “Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8,16). Yohanes menegaskan untuk pertama dan satu-satunya dalam seluruh Kitab Suci. Kasih ini sekarang telah dibuat terlihat dan nyata dalam seluruh kehidupan Yesus. Pribadi-Nya hanyalah kasih, sebuah kasih yang diberikan secara cuma-cuma. Relasi yang Ia bentuk dengan orang-orang yang mendekati-Nya mengejawantahkan sesuatu yang nyata sepenuhnya unik dan tak dapat diulang. Tanda yang Ia kerjakan terutama dalam menghadapi orang berdosa, miskin, marjinal, sakit dan orang menderita, semua dimaksudkan untuk mengajarkan kerahiman. Segala sesuatu di dalam diri-Nya berbicara tentang kerahiman. Tidak ada satupun dalam diri-Nya sama sekali tanpa belas kasihan. Yesus, melihat kerumunan orang-orang yang mengikuti-Nya, menyadari bahwa mereka sudah lelah dan letih, tersesat dan tanpa panduan, dan Ia merasakan belas kasihan yang mendalam terhadap mereka (bdk. Mat 9:36). Atas dasar kasih yang penuh belas kasihan ini, Ia menyembuhkan orang-orang sakit yang dibawa kepada-Nya (bdk. Mat 14:14), dan hanya dengan beberapa potong roti dan ikan Ia memuaskan kerumunan besar orang (bdk. Mat 15:37). Apa yang menggerakkan Yesus dalam semua situasi ini adalah tidak lain kerahiman, yang dengannya Ia membaca hati orang-orang yang dijumpai-Nya dan menanggapi kebutuhan terdalam mereka. Ketika Ia menjumpai janda dari Nain yang membawa anaknya untuk dimakamkan, Ia merasakan belas kasihan yang besar terhadap penderitaan besar dari ibu yang berduka ini, dan Ia memberi kembali anaknya dengan membangkitkannya dari antara orang mati (bdk. Luk 7:15). Setelah membebaskan orang kerasukan di desa Gerasa, Yesus mempercayakan dia dengan perutusan ini: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (Mrk 5: 19). Panggilan Matius juga dihadirkan dalam konteks belas kasih. Melewati gerai pemungut cukai, Yesus menatap Matius. Ia adalah sebuah tampilan penuh kerahiman yang mengampuni dosa-dosa orang itu, seorang berdosa dan seorang pemungut cukai, dia yang dipilih Yesus – berlawanan dengan keragu-raguan dari para murid – untuk menjadi salah seorang dari Kelompok Dua Belas. Yesus memandang Matius dengan kasih yang penuh kerahiman dan memilihnya (miserando atque eligendo). (MV.8).
11.  Dalam perumpamaan-perumpamaan yang ditujukan untuk kerahiman, Yesus menyatakan sifat Allah seperti sifat seorang Bapa yang tidak pernah menyerah sampai ia telah mengampuni anaknya yang bersalah dan mengatasi penolakan dengan kasih sayang dan kerahiman. Kita mengenal perumpamaan-perumpamaan ini dengan baik, khususnya tiga perumpamaan: domba yang hilang, dirham yang hilang, dan ayah dengan dua anak laki-laki (bdk. Luk 15:1-32). Dalam perumpamaan-perumpamaan ini, Allah selalu disajikan sebagai penuh sukacita, terutama ketika Ia mengampuni (MV.9).

Gereja: Dives in Misericordiae (Kaya Akan Belaskasih)

12.  Belaskasih adalah dasar hidup Gereja. Tiap aksi pastoral baik kata maupun tindakan semestinya dilakukan dengan belaskasih. Kredibilitas Gereja ada sejauh ia menunjukkan belaskasih dan kemurahan.
13.  Teks Kitab Suci yang menjadi pokok permenungan selama Tahun Belaskasih adalah “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Lk.6:36). Inilah motto Tahun Belaskasih. Motto ini tidak hanya menjadi slogan tapi sebuah program hidup. Melalui belaskasih kita menemukan bukti bagaimana Allah mencintai kita. Ia menyerahkan diri-Nya secara bebas tanpa menuntut balasan apapun.
14.  Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Dives in Misericordia (kaya akan belaskasih) menyinggung keyataan dunia saat ini yang melupakan belaskasih Allah: “The present-day mentality, more perhaps than that of people in the past, seems opposed to a God of mercy, and in fact tends to exclude from life and to remove from the human heart the very idea of mercy.”
15.  Tahun Jubileum Belaskasih menjadi tahun sukacita bagi kita, tahun rahmat Tuhan: “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan” (Yes. 61:1-2).
16.  Sakramen Rekonsiliasi menjadi moment yang sangat khusus untuk merayakan dan mengalami belaskasih Allah. Pengampunan menjadi jalan untuk kembali kepada belaskasih-Nya. Inilah jalan sukacita, ketenteraman dan kedamaian.
17.  Maria adalah Bunda belaskasih. Melaluinya, kehadiran belaskasih berubah atau mengambil bentuk dalam rupa manusia. Maria telah memasuki kenisah belaskasih Allah berkat partisipasinya dalam misteri cinta kerahiman ilahi.

 
Refleksi Pribadi: Sebagai seorang Suster Wajah Kudus, sudahkah saya membawa sukacita dan belaskasih???

18.  Belaskasih menjadi kata kunci yang menunjukkan aksi Allah kepada manusia. Aksi ilahi yang nyata dan kelihatan. Aksi yang sangat konkret karena ada maksud, sikap dan tindakan yang ditunjukkan dalam hidup keseharian. Sebagai Suster Wajah Kudus, sudahkah belaskasih menyata dalam maksud, sikap dan tindakan nyata saya sehari-hari?
19.  Belaskasih Allah adalah cinta-Nya yang peduli bagi setiap kita. Allah menghendaki agar setiap kita bahagia, penuh sukacita dan damai. Inilah jalan yang harus dilalui oleh setiap kita. Apakah saya bahagia sebagai seorang religius Wajah Kudus?
20.  Tahun Belaskasih menjadi sebuah panggilan bagi kita untuk menjadi pelayan belaskasih serta merenungkan belaskasih bagi semua orang: Cinta yang mengampuni dan memberikan diri bagi yang lain. Dimana saja kita hadir, belaskasih Allah harus menjadi kelihatan. Tiap orang harus menemukan oase belaskasih dalam diri kita, dalam komunitas kita dan dimanapun kita berada. Bagaimana dengan saya dan komunitas saya saat ini? Dapatkah orang lain menemukan oase belaskasih dalam diri saya dan komunitas saya?



sabato 13 febbraio 2016

Jalan Salib



JALAN SALIB



OLEH
BEATA MARIA PIA MASTENA
PENDIRI KONGREGASI SUSTER-SUSTER WAJAH KUDUS
Pada TAHUN 1924

Yesus mengajar kepada pengantinNya bagaimana mengadakan jalan salib.

 
Perhentian I    : Pengantin-Ku, pandanglah Aku yang sementara berada dalam kebingungan: pandanglah Aku sebab Aku juga memandang engkau dan dengan suara terdalam, tetapi yang menususk, Aku akan membuka rahasia-rahasia cintaKu.

Perhentian II   :      Engkau meninggalkan aku sendirian?.. ataukah engkau akan menderita sebab sesamamu lebih dekat dengan Aku? Mari, pengantin-Ku datanglah, ambillah salibmu dan ikutilah Aku.

Perhentian III  :      Tanganmu yang lembut haruslah, oh pengantin kekasihKu, yang dengan cara tak terlihat, menghalangi luka-luka pengantinmu karena terjatuh... Lenganmu.. Ku pinjian lenganmu. Aku hanya mencari penompang dari pengantin-Ku yang perawan dan penyilihan..., oh pengantin-Ku, pinyilihan...!

Perhentian IV  :      Inilah ibu-Ku... Aku      mempercayakan-Nya kepadamu! Hiburlah Dia: engkau dengan menkontemplasikan-Nya belajarlah apa yang dia mengajar dan bersama dia teruskanlah jalan ke Kalvari!

Perhentian V   :      Bukan dari orang Kirene Aku mencari bantuan! Ah, Aku mencari bantuan dari pengantin-Ku, dari kekasih-Ku: dialah yang harus meringankan beban penganting-Nya yang berjalan menuju kematian karna cinta-Nya.
Perhentian VI  :      Berilah Aku hatimu, oh pengantin-Ku!  Di situlah Aku ingin melihat terukir gambar Wajah-Ku yang buruk dan menderita; terukir dalam dirimu. Hati itulah yang akan menerima kehindahan baru, kemegahan baru dan hatimu akan meluas, berkobar dan berusaha melihat dan mengkontemplasikan Wajah-Ku, wajah pengantinmu yang ilahi.

Perhentian VII :      Periksalah jiwaku: lihatlah kekurangan-mu... jadilah merpatiKu dan jangan membiarkan Aku jatuh ke tanah karena kelemahan kebajikan-kebajikanmu, tetapi kuatkanlah dirimu dalam pengorbanan, dalam cobaan, dalam godaan, bertahan selalu,  sampai tetes darah terakhir, dan engkau akan menghibur pengantinmu yang terjatuh ke tanah.

Perhentian VIII       :    ... dan sekarang engkau haruslah mohon  Aku yang hidup dalam tabernakel;  engkau harus meneruskan karya-Ku sesuai dengan pelajaran yang engkau terima pada saat ini: yaitu lupakanlah dirimu dan berbakti untuk menghibur umat manusia yang menderita.

Perhentian IX  :      Aku membiarkan jatuhnya ketiga dan yang paling memilukan dan aku berdiri tegak serta  melanjutkan perjalanan untuk mengajar sampai titik yang mana anda harus tiba sebelum engkau berhenti.

Perhentian X   :      Inilah kemiskinan! Di sinilah pengupasan total kehendakmu, kesukaan/nafsud, keiningan... demikian engkau harus menghadap pengantinmu, sebagaimana Dia menghadirkan diri kepadamu.

Perhentian XI  :      Di sinilah tempat di mana Aku menunggu engkau untuk perjamuan pernikahan di dunia ini. Baringkanlah dirimu bersama Aku di atas salib ini, kurbankanlah dirimu bersama Aku kepada cinta Bapa yang ilahi... Siapkanlah hatimu untuk disalibkan. Di sinilah...di sinilah Aku menunggu engkau. Aku ingin anda merenungkan... memahami artinya “ keadaan tertinggal”.   Dan engkau tahu kepada siapa harus menyerahkan diri dan caranya... Engkau tahu kepada siapa harus membakitkan diri dan dengan sejauh mana kemurahan hati. Kontemplasikanlah pengantinmu yang tersalib karena cinta padamu dan renungkanlah sampai ke mana perlu untuk membalasnya..

Perhentian XII :      Inilah, aku  disalibkan ! Lihatlah Aku, oh, pengantinKu, sebab Aku pun memandang engkau di antara selumbung kemerahan darahKu. Kepadamu juga aku ingin berkata : Pengantin tercinta  hatiKu ditembusi oleh tembak yang kejam, teruskanlah karya-Ku di dunia ini! Teruskanlah hidup-Ku dan berusaha agar tidak setitik pun tinggal kosong! Kontemplasikanlah pengantinmu di dalam sakrat maut, dan yang wafat untukmu! Engkaulah yang harus menghidupkanNya kembali dalam dirimu...  kita akan bertemu kembali! Sekarang teruslah berjalan sampai ke pemakamanKu!

Perhentian XIII       :    Maria!.. Yesus!.. Bukan saja di dalam pelukan yang murni dan di pangkuan yang sangat suci, ya BundaKu, Aku ingin dibaringkan, tetapi dalam pelukan dan di pangkuan pengantin-Ku yang terkasih  juga. Terimalah Aku, pelukkanlah Aku erat pada hatimu  bagaikan seikatan kemenyan  dan dalam dirimu Aku menyerahkan diri-Ku seutuhnya.

 Perhentian XIV       :    Pengantin-Ku! Pengantin-Ku!.. Jangan meratap, jagang menangis... Aku tidak turun ke liang kubur: aku tidak menyembunyikan diri kepada pandangan cintamu! Inilah Aku... Aku datang kepadamu untuk hidup tersembunyi dalam dirimu...  Dalam dirimu juga Kupilih tinggal dan Aku tunggu darimu perhatian, kelembutan hatimu yang penuh cinta. Saya mau agar kesatuan/hubungan di antara kita berdua  penuh dan benar. Kepada pengawasanmu yang lembut pasti semua halangan hilang. Kepada cintamu sebagai pengantin, usaha/pahala yang suci untuk menyatukan jasa-Ku yang tak terbatas agar keinginan bersama terealisir. Aku memberkati engkau dengan curahan hati-Ku dan dengan Aku, BapaKu dan Roh Kudus memberkatimu. Amin.

Puasa !


Padang gurun !
Inilah tempat di mana Yesus dicobai oleh iblis !
Tempat gersang, kosong, tiada apa-apa.
Tuhan sendiri dengan Allah Bapa.
Doa, puasa, pantang bagi Yesus merupakan persiapan untuk mewartakan sukacita Injil.
" Bertobatlah dan percaya pada Injil "
             Tobat dan percaya
Inilah tuntutan bagi kita orang Katolik...
Supaya kita boleh mati dan bangkit bersama DIA !
Selamat menjalankan masa Puasa ini.

lunedì 8 febbraio 2016

Murah hati



Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."
 Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.
Pergilah menyerukan perkataan-perkataan ini ke utara, katakanlah: Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah firman TUHAN. Muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikianlah firman TUHAN, tidak akan murka untuk selama-lamanya.
Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

venerdì 8 gennaio 2016

Yesus dibaptis


Yesus dibaptis Yohanes

Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya , lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. " ( Mrk.3,13-17 )
Pembaptisan Yesus merupakan sebuah antisipasi atas kurban salib-Nya. Pembaptisan Kristus bermakna penerimaan kematian-Nya demi dosa-dosa umat manusia, dan suara yang berseru “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” merupakan rujukan antisipatif pada kebangkitan. Inilah pula yang menjelaskan mengapa, seturut perkataan-Nya sendiri, Yesus memakai kata ‘baptis’ (artinya dicelupkan/ ditenggelamkan) guna mengacu pada kematian-Nya (bdk Mrk. 10:38; Luk 12:50).

Maka, dengan membiarkan diri-Nya dibaptis, Kristus juga menunjukkan:
Bahwa ‘baptisan’ merupakan gambaran kematian-Nya di kayu salib (lih. Luk 12:50), dan kebangkitan-Nya. Yesus mau menyatakan bahwa ‘penyebab’ yang mendatangkan rahmat Baptisan, adalah kematian-Nya di kayu salib, yang mendahului kebangkitan-Nya dari mati. Maka Baptisan merupakan antisipasi dari peristiwa penyaliban, wafat dan kebangkitan Kristus. Pencelupan ke dalam air mengantisipasi kematian dan penguburan-Nya. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus seolah tenggelam dalam darah-Nya sendiri, sebelum Ia menyatakan kuasa ilahi-Nya, dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Keluar-Nya dari air mengantisipasi kebangkitan-Nya dari mati. Dan suara Allah Bapa yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi…” mengantisipasi pernyataan ke-Allahan Kristus melalui kebangkitan-Nya.
Agar kita untuk mengikuti langkah-Nya, yaitu memberikan diri dibaptis – bukan menurut baptisan Yohanes Pembaptis namun baptisan Kristus – supaya manusia dapat diselamatkan (lih. Mrk 16:16). Sebab baptisan Yohanes menandai pertobatan, namun baptisan Kristus yang menyempurnakannya, menandai tidak hanya pertobatan, tetapi juga kehidupan yang baru di dalam Kristus. Kehidupan baru di dalam Kristus ini terjadi karena kita disatukan dalam kematian Kristus dan kebangkitan-Nya dari kematian, sehingga kita memperoleh hidup ilahi. Kehidupan ilahi inilah yang menjadikan kita anak-anak angkat Allah, sebab Roh Kudus-Nya tinggal di dalam kita. Melalui Baptisan inilah, kita menerima perkataan Allah Bapa, seperti yang dikatakan-Nya ketika Kristus dibaptis, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17).
Dengan demikian, makna penting Pembaptisan tidak dapat terungkap sepenuhnya sampai dilihat dalam terang salib dan kebangkitan Kristus. Sebab melalui Baptisan, manusia lama kita, beserta dosa-dosa kita, telah dikuburkan/ ditenggelamkan bersama kurban salib Kristus, agar kita dapat menjadi manusia baru, yang memperoleh hidup ilahi di dalam Kristus, oleh karena kebangkitan-Nya (lih. Rom 6:5-11). Maka rahmat sakramen Baptis itu diperoleh karena jasa Kristus, yaitu Ia yang telah disalibkan, wafat, bangkit, naik ke surga, demi menebus dosa-dosa kita dan membuka pintu surga bagi kita, agar kita dapat memperoleh kehidupan kekal. Jadi Sakramen Baptis itu ada, karena peristiwa Misteri Paska Kristus (sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga). Misteri Paskah Kristus menjadi penyebab yang berjasa mendatangkan keselamatan kita (‘meritorious cause‘).
Dengan dibaptis, Yesus juga menyatakan bahwa wafat-Nya tidak terlepas dari kebangkitan-Nya, dan kebangkitan-Nya juga tidak terlepas dari wafat-Nya yang mendahuluinya. Sebab keluarnya kita dari air didahului oleh pencelupan ke dalam air; bangkitnya kita dari kuasa dosa didahului oleh kematian kita terhadap dosa/ pertobatan. Oleh karena itu, kita yang mengimani Kristus tidak boleh hanya menekankan kebangkitan Kristus tanpa pengorbanan salib-Nya, atau sebaliknya, pengorbanan Kristus di kayu salib tanpa kebangkitan-Nya.
Dengan dibaptis, Tuhan Yesus menunjukkan solidaritasnya dengan kita manusia. Ia menunjukkan kerelaan hati-Nya untuk menjadi sama dengan kita dalam segala sesuatu, kecuali dalam hal dosa (lih. Flp 2:6-7; Ibr 4:15 ).  ( www.katolisikas.org )

Yesus Dibaptis oleh Yohanes Pembaptis