Cerca nel blog
sabato 30 gennaio 2016
venerdì 8 gennaio 2016
Yesus dibaptis
Yesus dibaptis Yohanes
Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya , lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. " ( Mrk.3,13-17 )
Pembaptisan Yesus merupakan sebuah antisipasi atas kurban salib-Nya. Pembaptisan Kristus bermakna penerimaan kematian-Nya demi dosa-dosa umat manusia, dan suara yang berseru “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” merupakan rujukan antisipatif pada kebangkitan. Inilah pula yang menjelaskan mengapa, seturut perkataan-Nya sendiri, Yesus memakai kata ‘baptis’ (artinya dicelupkan/ ditenggelamkan) guna mengacu pada kematian-Nya (bdk Mrk. 10:38; Luk 12:50).
Maka, dengan membiarkan diri-Nya dibaptis, Kristus juga menunjukkan:
Bahwa ‘baptisan’ merupakan gambaran kematian-Nya di kayu salib (lih. Luk 12:50), dan kebangkitan-Nya. Yesus mau menyatakan bahwa ‘penyebab’ yang mendatangkan rahmat Baptisan, adalah kematian-Nya di kayu salib, yang mendahului kebangkitan-Nya dari mati. Maka Baptisan merupakan antisipasi dari peristiwa penyaliban, wafat dan kebangkitan Kristus. Pencelupan ke dalam air mengantisipasi kematian dan penguburan-Nya. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus seolah tenggelam dalam darah-Nya sendiri, sebelum Ia menyatakan kuasa ilahi-Nya, dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Keluar-Nya dari air mengantisipasi kebangkitan-Nya dari mati. Dan suara Allah Bapa yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi…” mengantisipasi pernyataan ke-Allahan Kristus melalui kebangkitan-Nya.
Agar kita untuk mengikuti langkah-Nya, yaitu memberikan diri dibaptis – bukan menurut baptisan Yohanes Pembaptis namun baptisan Kristus – supaya manusia dapat diselamatkan (lih. Mrk 16:16). Sebab baptisan Yohanes menandai pertobatan, namun baptisan Kristus yang menyempurnakannya, menandai tidak hanya pertobatan, tetapi juga kehidupan yang baru di dalam Kristus. Kehidupan baru di dalam Kristus ini terjadi karena kita disatukan dalam kematian Kristus dan kebangkitan-Nya dari kematian, sehingga kita memperoleh hidup ilahi. Kehidupan ilahi inilah yang menjadikan kita anak-anak angkat Allah, sebab Roh Kudus-Nya tinggal di dalam kita. Melalui Baptisan inilah, kita menerima perkataan Allah Bapa, seperti yang dikatakan-Nya ketika Kristus dibaptis, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17).
Dengan demikian, makna penting Pembaptisan tidak dapat terungkap sepenuhnya sampai dilihat dalam terang salib dan kebangkitan Kristus. Sebab melalui Baptisan, manusia lama kita, beserta dosa-dosa kita, telah dikuburkan/ ditenggelamkan bersama kurban salib Kristus, agar kita dapat menjadi manusia baru, yang memperoleh hidup ilahi di dalam Kristus, oleh karena kebangkitan-Nya (lih. Rom 6:5-11). Maka rahmat sakramen Baptis itu diperoleh karena jasa Kristus, yaitu Ia yang telah disalibkan, wafat, bangkit, naik ke surga, demi menebus dosa-dosa kita dan membuka pintu surga bagi kita, agar kita dapat memperoleh kehidupan kekal. Jadi Sakramen Baptis itu ada, karena peristiwa Misteri Paska Kristus (sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga). Misteri Paskah Kristus menjadi penyebab yang berjasa mendatangkan keselamatan kita (‘meritorious cause‘).
Dengan dibaptis, Yesus juga menyatakan bahwa wafat-Nya tidak terlepas dari kebangkitan-Nya, dan kebangkitan-Nya juga tidak terlepas dari wafat-Nya yang mendahuluinya. Sebab keluarnya kita dari air didahului oleh pencelupan ke dalam air; bangkitnya kita dari kuasa dosa didahului oleh kematian kita terhadap dosa/ pertobatan. Oleh karena itu, kita yang mengimani Kristus tidak boleh hanya menekankan kebangkitan Kristus tanpa pengorbanan salib-Nya, atau sebaliknya, pengorbanan Kristus di kayu salib tanpa kebangkitan-Nya.
Dengan dibaptis, Tuhan Yesus menunjukkan solidaritasnya dengan kita manusia. Ia menunjukkan kerelaan hati-Nya untuk menjadi sama dengan kita dalam segala sesuatu, kecuali dalam hal dosa (lih. Flp 2:6-7; Ibr 4:15 ). ( www.katolisikas.org )
Iscriviti a:
Post (Atom)