Menjadi
Rasul Wajah Yesus
yang
Membawa Sukacita dan Berbelaskasih
Rekoleksi Para suster CSV
1.
Wajah: Bagian depan kepala manusia mulai dari dahi sampai
dagu dan meliputi mulut, hidung, pipi dan mata. Wajah juga bisa berarti
identifikasi roman muka atau raut wajah (Merriam-Webster’s
Collegaiate Dictionary). Orang yang sering muncul dalam DPO (Daftar
Pencarian Orang) biasanya hanya ditampilkan wajahnya saja untuk identifikasi.
Wajah dalam artian ini muncul juga dalam PB yang dikenal dengan nama opsis:
“Orang
yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan
kain kapan dan muka-nya (opsis) tertutup dengan kain peluh”
(Yoh.11:44); “Janganlah menghakimi
menurut apa yang nampak (opsis), tetapi hakimilah dengan adil"
(Yoh.7:24). (μὴ κρίνετε κατʼ ὄψιν,“do not judge by appearance”).
2.
“Wajah” dalam
PL dikenal dengan banyak nama:
3. Demikian halnya dalam PB, ada banyak istilah yang dipakai untuk
“wajah”:
4.
Meskipun banyak
istilah yang bisa dipakai untuk “wajah” dalam PL, tapi lazimnya dikenal dengan
nama pānı̂m.Kata pānı̂m dipakai sebanyak 2100x. Kata ini bisa dipakai untuk wajah manusia, Allah,
binatang atau objek lainnya seperti bumi dan air. Walau sering digunakan untuk
“wajah” kata pānı̂m juga dipakai
dalam kaitan dengan ekspresi emosional.
5.
Dalam arti yang
lebih luas, PL menggunakan kata pānı̂m untuk presence (kehadiran). Ada
makna kultus seperti membawa persembahan di hadapan
Allah. Di sini pānı̂m sama artinya dengan person (pribadi).
Ketika kita berdoa “palingkanlah wajah-Mu
ya Allah...” berarti kita masuk ke dalam kehadiran Allah. Bagi orang Yahudi, Allah tidak bisa dijangkau
secara fisik. Mereka tidak meyerupakan Allah dengan benda apapun dalam sinagoga
atau bait Allah. Karena itu manusia tidak bisa melihat Allah: ”Lagi
firman-Nya: Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang
memandang Aku dapat hidup” (Kel.33:20). Manusia tidak bisa melihat wajah
Allah karena “kabut dan awan” menyelimuti wajah-Nya (kāb̃od: glory-kemuliaan). ”Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu
terdengar suara: Inilah Anak yang
Kukasihi, dengarkanlah Dia” (Mk.9:7). Hanya Musa yang melihat wajah Allah. Dalam
Kitab Ul.34:10-12 kita membaca, “Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan
muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal
segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir
terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam
hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan
Musa di depan seluruh orang Israel”. Musa berjumpa dengan Tuhan
“dari muka ke muka”. Sebuah hubungan secara langsung dengan Allah tanpa melalui
perantara seperti yang biasa dialami oleh para nabi lainnya entah melalui mimpi
atau penglihatan.
6.
Selain kata pānîm ada juga istilah lain yang mengandung makna yang sama: Šēm →‘Nama’ (dalam teologi deuteronomistik); Kābôd →‘Glory’ (dalam tradisi imamat) dan Shekinah (dalam
tulisan-tulisan Yahudi). Kata-kata ini menampilkan Allah sebagai Allah yang transenden dan imanen (yang jauh sekaligus dekat).
7.
Beberapa
teks untuk refleksi pribadi:
F
“Mencari
wajah”:Mzm.24:6; 27:8; 105:4; Ams.7:15; Hos.5:15;
bdk. Ams. 29:26.
F Jika Allah “memalingkan wajah-Nya”: Ul.32:20;
Ayb.34:29; Mzm. 13:1; 30:7; 143:7;
Yes.54:8; Yer.33:5; Yeh.39:23; Mi.3:4). Alasan Allah memalingkan wajah karena ketidaktaatan
manusia, bukan karena amarah Tuhan: Yes.59:2.
F
Juga
mempunyai makna doa: Mzm.51:11; 140:13; Kel.3:6; Yes.6:2;
F
Ada
makna penyesalan: 2 Sam.19:4 = Yeh.12:6.12.
Yesus: Wajah Belaskasih Allah
8.
Yesus Kristus adalah
wajah belaskasih Allah. Belaskasih atau kerahiman telah menjadi hidup dan kasat
mata dalam diri Yesus dari Nazaret. Bapa, “kaya dengan kerahiman” (Ef.2: 4),
setelah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan
setia-Nya” (Kel.34:6), tidak pernah berhenti menunjukkan dalam berbagai
cara sepanjang sejarah, kodrat ilahi-Nya. Dalam “kegenapan waktu” (Gal.4:4),
ketika segalanya telah diatur sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia
mengutus Putra-Nya ke dalam dunia, yang lahir dari Perawan Maria, untuk
menyatakan kasih-Nya bagi kita dalam sebuah cara yang definitif. Barangsiapa
melihat Yesus, melihat Bapa (Yoh.14: 9). Yesus dari Nazaret, dengan
kata-kata-Nya, perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya
menyatakan kerahiman Allah (MV.1)
9.
Kita perlu terus-menerus
merenungkan misteri kerahiman. Ia adalah sebuah sumber sukacita, ketenangan dan
kedamaian. Keselamatan kita tergantung padanya. Kerahiman: kata tersebut mengungkapkan sungguh-sungguh misteri
Tritunggal Mahakudus. Kerahiman:
tindakan utama dan tertinggi yang olehnya Allah datang untuk menemui kita. Kerahiman: hukum dasar yang berdiam di
dalam hati setiap orang yang memandang dengan tulus ke dalam mata saudara dan
saudarinya di jalan kehidupan. Kerahiman:
jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia, membuka hati kita kepada sebuah
harapan, dikasihi selamanya meskipun kedosaan kita (MV.2). Ketika dihadapkan dengan gentingnya dosa,
Allah menanggapi dengan kepenuhan kerahiman. Kerahiman akan selalu lebih besar
dari dosa apapun, dan tidak ada seorang pun yang dapat menempatkan
batasan-batasan kasih Allah yang selalu siap untuk mengampuni (MV.3).
10. “Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8,16). Yohanes menegaskan untuk
pertama dan satu-satunya dalam seluruh Kitab Suci. Kasih ini sekarang telah
dibuat terlihat dan nyata dalam seluruh kehidupan Yesus. Pribadi-Nya hanyalah
kasih, sebuah kasih yang diberikan secara cuma-cuma. Relasi yang Ia bentuk dengan
orang-orang yang mendekati-Nya mengejawantahkan sesuatu yang nyata sepenuhnya
unik dan tak dapat diulang. Tanda yang Ia kerjakan terutama dalam menghadapi
orang berdosa, miskin, marjinal, sakit dan orang menderita, semua dimaksudkan
untuk mengajarkan kerahiman. Segala sesuatu di dalam diri-Nya berbicara tentang
kerahiman. Tidak ada satupun dalam diri-Nya sama sekali tanpa belas kasihan. Yesus, melihat kerumunan orang-orang yang mengikuti-Nya, menyadari
bahwa mereka sudah lelah dan letih, tersesat dan tanpa panduan, dan Ia
merasakan belas kasihan yang mendalam terhadap mereka (bdk. Mat 9:36). Atas
dasar kasih yang penuh belas kasihan ini, Ia menyembuhkan orang-orang sakit
yang dibawa kepada-Nya (bdk. Mat 14:14), dan hanya dengan beberapa potong roti
dan ikan Ia memuaskan kerumunan besar orang (bdk. Mat 15:37). Apa yang
menggerakkan Yesus dalam semua situasi ini adalah tidak lain kerahiman, yang
dengannya Ia membaca hati orang-orang yang dijumpai-Nya dan menanggapi
kebutuhan terdalam mereka. Ketika Ia menjumpai janda dari Nain yang membawa
anaknya untuk dimakamkan, Ia merasakan belas kasihan yang besar terhadap
penderitaan besar dari ibu yang berduka ini, dan Ia memberi kembali anaknya
dengan membangkitkannya dari antara orang mati (bdk. Luk 7:15). Setelah
membebaskan orang kerasukan di desa Gerasa, Yesus mempercayakan dia dengan
perutusan ini: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan
beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan
atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (Mrk 5: 19). Panggilan
Matius juga dihadirkan dalam konteks belas kasih. Melewati gerai pemungut
cukai, Yesus menatap Matius. Ia adalah sebuah tampilan penuh kerahiman yang
mengampuni dosa-dosa orang itu, seorang berdosa dan seorang pemungut cukai, dia
yang dipilih Yesus – berlawanan dengan keragu-raguan dari para murid – untuk
menjadi salah seorang dari Kelompok Dua Belas. Yesus memandang Matius dengan
kasih yang penuh kerahiman dan memilihnya (miserando atque eligendo). (MV.8).
11. Dalam perumpamaan-perumpamaan yang ditujukan untuk kerahiman,
Yesus menyatakan sifat Allah seperti sifat seorang Bapa yang tidak pernah
menyerah sampai ia telah mengampuni anaknya yang bersalah dan mengatasi
penolakan dengan kasih sayang dan kerahiman. Kita mengenal
perumpamaan-perumpamaan ini dengan baik, khususnya tiga perumpamaan: domba yang
hilang, dirham yang hilang, dan ayah dengan dua anak laki-laki (bdk. Luk
15:1-32). Dalam perumpamaan-perumpamaan ini, Allah selalu disajikan sebagai
penuh sukacita, terutama ketika Ia mengampuni (MV.9).
Gereja:
Dives in Misericordiae (Kaya Akan
Belaskasih)
12. Belaskasih adalah dasar hidup Gereja. Tiap aksi pastoral baik kata
maupun tindakan semestinya dilakukan dengan belaskasih. Kredibilitas Gereja ada sejauh ia menunjukkan belaskasih dan kemurahan.
13. Teks Kitab Suci yang menjadi pokok permenungan selama Tahun Belaskasih adalah “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Lk.6:36). Inilah motto Tahun Belaskasih. Motto ini tidak hanya menjadi slogan tapi sebuah program hidup.
Melalui belaskasih kita menemukan bukti bagaimana Allah mencintai kita. Ia menyerahkan diri-Nya secara bebas tanpa menuntut balasan apapun.
14. Paus
Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Dives in Misericordia (kaya
akan belaskasih) menyinggung keyataan dunia saat ini yang melupakan belaskasih
Allah: “The present-day mentality, more
perhaps than that of people in the past, seems opposed to a God of mercy, and
in fact tends to exclude from life and to remove from the human heart the very
idea of mercy.”
15. Tahun Jubileum Belaskasih menjadi tahun sukacita bagi kita, tahun rahmat Tuhan: “Roh Tuhan Allah ada padaku,
oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat
orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada
orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan” (Yes. 61:1-2).
16. Sakramen Rekonsiliasi menjadi moment yang
sangat khusus untuk merayakan dan mengalami belaskasih Allah.
Pengampunan menjadi jalan untuk kembali kepada belaskasih-Nya. Inilah jalan sukacita, ketenteraman dan kedamaian.
17. Maria adalah Bunda belaskasih. Melaluinya, kehadiran belaskasih berubah atau mengambil bentuk dalam rupa manusia. Maria telah memasuki kenisah belaskasih Allah berkat partisipasinya dalam misteri cinta kerahiman ilahi.
Refleksi Pribadi: Sebagai seorang Suster Wajah Kudus,
sudahkah saya membawa sukacita dan belaskasih???
18. Belaskasih menjadi kata kunci yang menunjukkan aksi Allah
kepada manusia. Aksi ilahi yang nyata dan kelihatan. Aksi yang sangat konkret karena ada maksud,
sikap dan tindakan
yang ditunjukkan dalam hidup keseharian. Sebagai Suster Wajah Kudus,
sudahkah belaskasih menyata dalam maksud, sikap dan tindakan nyata saya
sehari-hari?
19. Belaskasih
Allah adalah cinta-Nya yang peduli bagi setiap kita. Allah menghendaki agar setiap kita bahagia, penuh sukacita dan damai. Inilah jalan yang
harus dilalui oleh setiap kita. Apakah saya bahagia sebagai seorang religius Wajah Kudus?
20. Tahun Belaskasih menjadi sebuah panggilan bagi kita untuk menjadi pelayan belaskasih serta merenungkan belaskasih bagi semua orang: Cinta yang
mengampuni dan memberikan diri bagi yang lain. Dimana saja kita hadir, belaskasih Allah harus menjadi kelihatan. Tiap orang
harus menemukan oase belaskasih dalam diri
kita, dalam komunitas kita dan dimanapun kita berada. Bagaimana dengan saya dan
komunitas saya saat ini? Dapatkah orang lain menemukan oase belaskasih dalam
diri saya dan komunitas saya?